Entrepreneur is Transformer
Bagaimana kita merubah sampah busuk menjadi emas ? pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan melakukan kerja keras. Tidak hanya berlindung di balik buku. Itulah tugas entrepreneur sejati yang ingin tetap eksis. Entrepeneurship atau wirausaha adalah sebuah prospek hidup yang cerah. Hal ini telah dibuktikan oleh H. Wayne Huizenga di amerika serikat. Huizenga menjadi milyuner dari usahanya mengangkut sampah di kota Amerika. Di Indonesia ada Hidayat, seorang pengusaha sukses dari bisnis sampah. Kini hidayat memiliki perusahaan bernama Mittran. Perusahaan yang mengubah sampah menjadi pupuk untuk pertanian. Huizenga dan Hidayat adalah contoh dari Transformer. Mengubah sesuatu yang menurut orang menjijikan menjadi “emas”.
Proses menjadi emas itu sangatlah panjang. Wirausahawan harus tahan banting dari bermacam rintangan. Hal tersebut bisa diatasi dengan seringnya kita membaca buku, mengikuti seminar, dan bergaul dengan para entrepreneur. Seorang entrepreneur harus tahu cara mengembangkan emosi dan aksi yang positif. Para entrepreneur juga mesti memiliki kemampuan komunikasi yang baik, semangat kerja tim, mau mengembangkan diri, keinginan memajukan usaha, dan kepemimpinan tentunya. Dan yang paling penting adalah berani untuk terjun langsung menjadi usahawan.
Kebanyakan dari masyarakat umumnya lebih memilih menjadi karyawan (PNS) ketimbang membuka lapangan kerja yang mandiri. Sehingga menjadi usaha sendiri. Begitupula halnya dengan mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di negeri ini. Banyaknya sarjana yang dikeluarkan tidak mempunyai keberanian menempuh jalur sebagai seorang usahawan. Oleh karena itu, kampus-kampus sejak dini harus mengajarkan semangat wirausaha pada setiap mahasiswa. Sebab kewirausahaan berhubungan dengan skill yang lahir dari kebiasaan. Bukan semata dari teori di dalam kelas.
Mahasiswa harus dilatih untuk mengubah cara pikir, bahwa ilmu yang mereka pelajari di bangku kuliah senyatanya harus bisa diaplikasikan demi kemaslahatan masyarakat dan negara. Salah satu jalan adalah dengan menjadi entrepreneur. Tidak hanya itu, pemerintah selaku pengayom juga harus mampu memberikan dana untuk pengembangan bibit-bibit entrepreneur di negeri ini.