Hilangnya ATM 20 di Unhas
Sebagai seorang mahasiswa, keberadaan anjungan tunai mandiri (ATM) sangat membantu saya untuk mengambil uang dengan cepat tanpa harus antri di depan teller BANK. Semenjak menjadi mahasiswa, saya sudah menjadi nasabah Bank BNI Cab. Makassar. Ketika uang di dompet sudah mulai menipis, ATM adalah salah satu pelarian agar bisa makan. Maklum saat saldo di tabungan saya masih tersdisa Rp 50.000, maka saya pun bisa menarik uang dengan nominal Rp 20.000 di atm kampus. Itu dulu, kini ATM BNI dengan pecahan Rp. 20.000 di Universitas Hasanuddin sudah tidak ada lagi. Entah apa alasannya, yang pasti ATM di samping gedung rektorat telah berubah dari pecahan 20 ribu menjadi pecahan 50 ribu rupiah untuk minimal sekali tarik. Begitu pula dengan ATM yang ada di pintu 2 Unhas. Jumlahnya ditambah agar tidak terjadi antrian panjang dari mahasiswa. Namun, nominalnya pun telah berubah menjadi pecahan Rp. 50 ribu dan Rp 100 ribu. Jadi bagi kami mahasiswa yang hanya memiliki saldo Rp. 50 ribu, maaf saja. Anda belum beruntung, karena tidak bisa lagi menarik uang dengan nominal 20 ribu rupiah.
Selain, di lingkungan kampus Unhas, ada juga ATM BNI terdekat yaitu di kampus STIMIK Dipanegara. Pecahannya juga Rp. 50.000. Yang paling jauh adalah di kompleks kantor PT. Bosowa depan kampus UMI. Lagi-lagi pecahannya Rp. 50.000 dan Rp. 100.000. Pihak BNI tampaknya, tidak peduli lagi dengan kondisi mahasiswa seperti saya. Padahal dengan kehadiran ATM dengan pecahan Rp. 20 ribu begitu membantu mahasiswa yang kirimannya terlambat datang. Tapi nasi sudah menjadi bubur, ATM 20 sudah hilang dari peredaran. Mahasiswa,, seperti saya berhemat saja. Atau memilih opsi terakhir, ”ngutang” ma teman atau warung tempat makan. Hiks hiks hiks...!
Dimana ATM 20 ?
Dimana ATM 20 saat ini, mungkin para nasabah bisa menanyakan pada pimpinan Bank BNI terdekat. Siapa tahu sudah dimuseumkan. Bisa kan dijadikan obyek sejarah bagi para pengguna setia ATM 20. Sebab dengan pecahan 20 ribu, mahasiswa seperti saya bisa hidup 2-3 hari di kos-kosan ataupun rumah kontrakan. Bahkan bisa sampai seminggu, kalo menunya supermi, indomie atawa mie sedap tiga kali sehari. Harganya kan, 1000 rupiah per bungkus untuk ”rasa kaldu ayam” (Rasanya ji...). Jadi sehari dihabiskan 3000 rupiah. Jadi seminggu dibutuhkan 21.000 rupiah. Yah berdasarkan hitung-hitungan di atas, 20 ribu rupiah bisalah digunakan untuk hidup selama seminggu dikurangi 1 kali makan (dikurangi 1000 rupiah). He he he.....